PENDAHULUAN
Keselamatan dan
kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu
proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di
kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum
terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat
kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan
undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara
lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak
terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi
kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami
sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam
kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk
menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Maka keamanan laboratorium merupakan hal yang
penting, sebagai upaya
keselamatan dalam melaksanakan pemeriksaan/praktikum di
laboratorium, dengan tujuan melindungi pekerja/praktikan dan
orang sekitarnya dari resiko
terkena gangguan kesehatan
yang ditimbulkan laboratorium.
Laboratorium Mikrobiologi adalah laboratorium yang kegiatannya berhubungan
dengan mikroorganisme, khususnya
mikroorganisme penyebab infeksi.
Ada sebuah
kasus yang pernah dialami rekan praktikum kami , waktu itu dengan tidak sengaja
tangannya terkena tumpahan sampel bakteri Salmonella pada waktu praktikum
bakteriologi, lalu dia segera membersihkan tangannya dengan cara dicuci dengan
sabun cuci tangan. Selang beberapa hari dia didiagnosis menderita penyakit
typus.
PEMBAHASAN
Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan pada waktu melakukan praktikum di laboratorium bakteriologi,
yaitu:
1.
Melindungi petugas/ Praktikan
·
Hindari penyebaran percikan bahan infeksi
dari spesimen (mis : saat penanaman /pembakaran dengan sengkelit
·
Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan
bocor
·
Dekontaminasi permukaan meja dengan
dekontaminan yang sesuai
·
Cuci tangan pada saat yang tepat dengan
sabun/desinfektan, jangan menyentuh mulut, hidung dan mata saat bekerja
·
Jangan makan/minum/merokok saat bekerja
·
Gunakan jas praktikum saat bekerja
·
Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja
(lakukan segala sesuatu dengan hati-hati)
2.
Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum
mencuci alat/membuang sisa spesimen
3.
Menyediakan tempat tersendiri untuk
peralatan yang digunakan dan telah terkontaminasi dengan bakteri
4.
Menyediakan tempat untuk sampah
terkontaminasi dan tidak terkontaminasi
5.
Gunakan sarung tangan dengan tepat
Tata
cara penggunaan alat-alat di laboratorium, yaitu:
1.
Cara menggunakan pipet dan alat bantu
pipet
·
Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat
bantu, masukkan sumbat kapas untuk mengurangi kontaminasi.
·
Jangan mencampur bahan infeksi dengan
menghisap/meniup pipet
·
Jangan mengeluarkan cairan dari dalam
pipet secara paksa
·
Gunakan kapas yang telah diberi
disinfektan bila ada tetesan spesimen yang jatuh di meja, kemudian kapas di
buang di tempat khusus untuk diautoclave
·
Rendam pipet habis pakai di disinfektan
18-24 jam
2.
Cara menggunakan jarum suntik (kecelakaan
penggunaan jarum suntik penyebab umum infeksi yang terjadi di laboratorium dan
fasilitas kesehatan lain)
·
Hindari gerakan cepat dan tergesa-gesa
saat memegang jarum suntik
·
Gunakan sarung tangan
·
Buang kelebihan udara, cairan, gelembung
secara vertikal ke kapas yang telah ada desinfektan
·
Jangan membengkokkan atau memindahkan
jarum dengan tangan
·
Buang jarum suntik pada tempat khusus
sebelum steril
3.
Cara pembukaan wadah
Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung
biakan, memiliki potensi terinfeksi, karena tak terlihat dapat menimbulkan
aerosol atau kontaminasi pada kulit atau daerah kerja. Pembukaan wadah di
tempat kerja sering dilakukan, bila tidak hati-hati, bahan terinfeksi yang ada
dalam wadah dapat menularkan secara langsung atau jatuh ke tempat kerja.
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko terinfeksi
adalah sebagai berikut :
·
Buka tutup wadah di tempat kerja dengan
hati-hati agar isi dalam wadah tidak terpencar ke luar.
·
Gunakan jas lab. dan sarung tangan.
·
Hindari aerosol.
·
Spesimen yang bocor atau pecah hanya
dibuka di dalam Safety Cabinet.
4.
Penerimaan spesimen di Laboratorium
·
Laboratorium mempunyai loket khusus
penerimaan spesimen. Jika jumlah spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan
spesimen dapat dilakukan pada meja khusus dalam areal laboratorium.
·
Spesimen harus di tempatkan dalam wadah
yang tertutup rapat untuk mencegah tumpahnya/bocornya spesimen.
·
Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.
·
Wadah terbuat dari bahan tidak mudah
pecah/bocor.
·
Wadah diberi label tentang identitas
spesimen.
·
Wadah diletakkan pada baki khusus yang
terbuat dari logam atau plastik yang dapat didisinfeksi atau diautoklaf ulang.
·
Baki harus didisinfeksi / diautoklaf
secara teratur setiap hari.
·
Jika mungkin, wadah diletakkan di atas
baki dalam posisi berdiri.
5.
Petugas pembawa spesimen dalam
Laboratorium
·
Mengenakan jas laboratorium yang tertutup
rapat pada bagian depan saat membawa spesimen.
·
Membawa spesimen di atas kaki
·
Mencuci tangan dengan disinfektan jika
terkena tumpahan/percikan dari spesimen.
·
Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki,
dekontaminasi baki dan sisa spesimen diautoklaf.
·
Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja
laboratorium jika terluka saat bekerja.
6.
Tindakan khusus terhadap darah dan cairan
tubuh
Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas
laboratrorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti Virus
hepatitis B, HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.
a.
Mengambil, melabel dan membawa spesimen
·
Gunakan sarung tangan
·
Hanya petugas lab yang boleh melakukan
pengambilan darah.
·
Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum
dari sempritnya dengan alat khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpanan
jarum habis pakai. Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen dengan hari-hati
dan tutup rapat mulut tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya
dibakar dalam alat insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, jarum
suntik dan sempritnya diautoklaf dalam kantong yang terpisah.
·
Tabung spesimen dan formulir permintaan
harus diberi label BAHAYA INFEKSI.
·
Masukkan tabung ke dalam kantung plastik
untuk dibawa ke laboratorium. Formulir permintaan dibawa secara terpisah.
b.
Membuka tabung spesimen dan mengambil
sampel
·
Buka tabung spesimen dalam kabinet
keamanan biologis Kelas I dan Kelas II.
·
Gunakan sarung tangan
·
Untuk mencegah percikan, buka sumbat
tabung setelah dibungkus kain kasa.
c.
Kaca dan benda tajam
·
Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari
plastik sebagai pengganti kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika
terbuat dari borosilikat.
·
Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat
suntik selain untuk mengambil darah.
d.
Sediaan darah pada kaca objek
·
Pegang kaca objek dengan forsep.
e.
Peralatan otomatis
·
Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed
type)
·
Cairan yang keluar dari alat/effalut harus
dikumpulkan dalam tabung/wadah tertutup atau dibuang ke dalam sistem pembuangan
limbah.
·
Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau
glutaraldehid ke dalam alat disinfektan hanya pada keadaan tertentu.
f.
Melakukan sentrifus
·
Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai
tutup
·
Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi
penutup.
g.
Jaringan
·
Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen
berukuran kecil, seperti dari biopsi jarum, dapat difiksasi dan didekontaminasi
dalam waktu kurang lebih 2 jam, tetapi spesimen berukuran besar membutuhkan
waktu beberapa hari.
·
Setelah melakukan potong beku
(frozensection), alat (cryotome) haru didekontaminasi.
7.
Kecelakaan di Laboratorium
Di laboratorium mikrobiologi, infeksi bakteri
merupakan resiko yang sering terjadi sebagai penyebab penularan utama pada
petugas pemeriksa laboratorium.
Oleh sebab itu perlu diupayakan tindakan pencegahan
dengan urutan prioritas sebagai berikut :
a.
Perlindungan petugas pemeriksa
§
Batasi kontaminasi
§
Dekontaminasi pegawai
§
Dekontaminasi areal yang berhubungan
b.
Dekontaminasi kulit
detergen tidak boleh digunakan, perawatan harus
dilakukan dengan tidak merusak kulit
c.
Dekontaminasi mata
dilakukan dengan perawatan air untuk mencegah
penyebaran kontaminasi dari satu area ke area lainnya.
d.
Dekontaminasi pakaian
Pakaian yang
terkontaminasi harus dipindahkan secepatnya dan diletakkan pada wadah tertentu.
Harus dipindahkan dari lokasi tumpahan sampai kontaminasi dapat termonitor.
e.
Dekontaminasi daerah kerja
Daerah yang terkena
tumpahan termasuk wadah yang rusak dengan disinfektan. Diamkan 10 menit.
Bersihkan dengan tissue atau lap dengan menggunakan sarung tangan. Dianjurkan disinfektan yang digunakan
adalah Hypochlorite. Bila terjadi kecelakaan diruang kerja laboratorium, batasi
orang yang masuk di daerah tersebut sampai dilakukan monitor terhadap
kontaminasi oleh petugas. Kotak peralatan P3K yang lengkap harus tersedia di
laboratorium dan diletakkan di tempat yang diketahui oleh semua staf
laboratorium. Sebaiknya kotak peralatan tersebut disertai dengan petunjuk
lengkap tentang pertolongan pada kecelakaan, terpotong/tersengat, luka bakar,
keracunan, shock/collapse serta terbaca oleh semua staff.
Cara penangan limbah di
laboratorium mikrobiologi dilakukan dengan cara disterilisasi. Hampir semua tindakan
yang dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi sangat diutamakan baik
alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman spesimen dalam media,
petri, ose maupun media yang digunakan tidak steril, maka sangat tidak mungkin
untuk membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal dari
penderita atau merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat atau media yang
digunakan.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan
tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetatif maupun sopra. Tindakan
untuk membebaskan alat atau media dari jasad renik disebut sterilisasi. Ada
beberapa cara sterilisasi, untuk pemilihannya tergantung dari bahan/alat yang
akan disterilkan. Secara garis besar sterilisasi dapat dibagi sebagai berikut :
- Pemanasan
- Filtrasi
- Penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)
- Kimia (khemis)
A.
Sterilisasi dengan Pemanasan
1. Dengan pemanasan kering
-
Pembakaran
Alat yang digunakan adalah lampu spiritus/bunsen. Pembakaran dapat
dilakukan dengan cara :
-
Memijarkan
Pembakaran dengan cara ini hanya
cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll), yang dibiarkan sampai memijar.
Dengan cara ini seluruh mikroorganisme, termasuk spora, dapat dibasmi.
-
Menyalakan
Dapat diartikan suatu pelintasan alat
gelas (ujung pinset, bibir tabung, mulut erlenmeyer, dll) melalui nyala api.
Cara ini merupakan hal darurat dan tidak memberikan jaminan bahwa
mikroorganisme yang melekat pada alat dengan pasti terbunuh.
§
Cara mensterilkan ohse :
Ose disterilkan dengan cara dibakar
pada nyala api lampu spiritus atau lampu gas. Pada waktu memanaskan ose,
dimulai dari pangkal kawat dan setelah terlihat merah berpijar secara
pelan-pelan pemansan dilanjutkan ke ujung ose. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terloncatnya kuman akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada
mata ose. Nyala api pada sterilisator mempunyai perbedaan dalam derajat panas, yang perlu diperhatikan
:
-
jangan memegang mata ose dengan
tangan sebelum ose disterilkan
-
jangan meletakkan ose di atas
meja, tetapi letakkan pada tempat yang disediakan setelah disterilkan.
§ Dengan udara panas (hot air oven)
Cara ini menggunakan udara yang
dipanaskan dan kering, serta berlangsung dalam sterilisator udara panas (oven).
Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi alat-alat laboratorium
dari gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk
bahan-bahan minyak dan powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan
kasa tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan
disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan kertas tahan panas, kemudian
dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada temperatur antara 150 - 170ºC, selama
kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara
bahan yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar
pergerakan udara tidak terhambat.
2.
Dengan pemanasan basah
-
Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan
alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel, jarum, spuit injeksi dan sebagainya
dengan cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60 menit.
-
Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk mensterilkan
media-media yang akan mengalami kerusakan bila dikerjakan dengan sterilisasi
uap air panas dengan tekanan (autoklav) ataupun untuk alat-alat tertentu. Cara
ini dijalankan dengan pemanasan 100ºC selama 1 jam. Perlu diingat bahwa dengan
cara ini spora belum dimatikan, dan ada beberapa media yang tidak tahan pada
panas tersebut (misalnya media Loewenstein, Urea Broth). Media tersebut
disterilkan dengan cara sterilisasi bertingkat ataupun filtrasi. Alat yang
digunakan adalah sterilisator, autoklav, dimana tekanan dalam autoklav dijaga
tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan terbuka).
-
Dengan uap air bertekanan (Autoklav)
Dengan cara pengatur tekanan dalam
autoklav, maka dapat dicapai panas yang diinginkan. Cara ini dipakai untuk
sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi biasanya
dijalankan dengan menggunakan panas 120ºC selama 10 – 70 menit tergantung
kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan
menggunakan autoklav :
·
harus ditunggu selama bekerja
·
hati-hati bila mengurangi
tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur dan tekanan secara mendadak dapat
menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas dapat pecah).
Pada sterilisasi dengan pemanasan
kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi putih telur, sedang dengan
sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi putih telur
bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada keadaan
kering sehingga sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).
-
Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan
minuman beralkohol. Panas yang digunakan 61,7ºC selama 30 menit.
B.
Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan
dengan mengalirkan cairan atau gas pada saringan berpori kecil sehingga dapat
menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Kegunaan:
-
untuk sterilisasi media yang
tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea Broth ataupun untuk sterilisasi
vaksin, serum, enzim, vitamin.
-
Meminimalkan kuman udara masuk
untuk ruangan kerja secara aseptis
Virus seperti mikroorganisme tanpa
dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak dapat ditahan oleh filter.
C.
Sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)
Sterilisasi dengan cara ini
diperlukan jika sterilisasi panas maupun dinding tidak dapat dilakukan.
Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan
mikroorganisme lain. Jenis radiasi termasuk bagian dari spkterum elektromagnetik,
misalnya : sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda
elektro kecepatan tinggi. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390
nm. Lampu sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 260 – 270 nm, dimana sinar
dengan panjang gelombang sekitar 265 nm mempunyai daya bakterisid yang tinggi.
Lampu ultraviolet digunakan untuk mensterilkan ruangan, misalnya di kamar
bedah, ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di industri farmasi, juga
bisa digunakan diperusahaan makanan untuk mencegah pencemaran permukaan.
Sinar x mempunyai daya penetrasi
lebih besar dibanding dengan sinar ultraviolet. Sinar gamma mempunyai daya
penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan digunakan untuk
mensterilkan material yang tebal, misalnya bungkusan alat-alat kedokteran atau
paket makanan. Sinar katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar
terhadap barang-barang yang telah dibungkus.
D.
Cara Kimia (Khemis)
Merupakan cara sterilisasi dengan
bahan kimia. Beberapa istilah yang perlu difahami:
-
Desinfektan adalah suatu bahan
kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik. Biasanya digunakan
untuk obyek yang tidak hidup, karena akan merusak jaringan. Prosesnya disebut
desinfeksi.
-
Antiseptik adalah suatu bahan
atau zat yang dapat mencegah, melawan maupun membunuh pertumbuhan dan kegiatan
jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh. Prosesnya disebut antiseptis.
-
Biosidal adalah suatu zat yang
aksinya dipakai unhtuk membunuh mikroorganisme, misal : bakterisid, virosid,
sporosid.
-
Biostatik adalah zat yang
aksinya untuk mencegah/menghambat pertumbuhan organisme, misal :
bakteriostatik, fungistatik.
Ada beberapa zat yang bersifat anti mikroba.
§ Fenol dan derivatnya
Zat kimia ini bekerja dengan cara
mempresipitasikan protein secara aktif atau merusak selaput sel dengan
penurunan tegangan permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai desinfektan maupun
antiseptik tergantung konsentrasinya. Daya antimikroba fenol akan berkurang
pada suasana alkali, suhu rendah, dan adanya sabun.
§ Alkohol
Alkohol beraksi dengan mendenaturasi
protein dengan jalan dehidrasi dan melarutkan lemak sehingga membran sel rusak
dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil alkohol (etanol) 50-70%
mempunyai sifat bakterisid untuk bentuk vegetatif. Metanol daya bakterisidnya
kurang dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.
§ Halogen beserta gugusannya
Halogen beserta gugusannya ini
mematikan mikroorganisme dengan cara mengoksidadi protein sehingga merusak
membran dan menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya :
-
Yodium dipakai untuk
mendesinfeksi kulit sebelum dilakukan pembedahan
-
Hipoklorit digunakan untuk
sanitasi alat-alat rumah tangga. Yang umum dipakai adalah kalsium dipoklorit
dan sodium hipoklorit.
§ Logam berat dan gugusannya
Logam berat dapat memprestasikan
enzim-enzim atau protein esensial lain dalam sel sehingga dapat berfungsi
sebagai anti mikroba. Contoh :
-
Merkurokrom, merthiolat sebagai
antiseptik.
-
Perak nitrat sebagai tetes mata
guna mencegah penyakit mata pada bayi (Neonatol gonococcal ophthalmitic).
- Deterjen
Dengan gugus hipofilik dan
hidrofilik, deterjen akan merusak membran sitoplasma.
- Aldehid
Aldehid mendesinfeksi dengan cara
mendenaturasi protein. Contoh : formalin (formaldehid)
- Gas sterilisator
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak
dapat disterilkan dengan panas tinggi atau dengan zat kimia cair. Pada proses
ini material disterilkan dengan gas pada suhu kamar. Gas yang dipakai adalah
ethilen oksida.
Kebaikannya : ethilen oksida
mempunyai daya sterilisasi yang besar dan daya penetrasinya besar
Kejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan mudah
meledak.
Tujuan dari
Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3) adalah:
1.
Memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ke tingkat yang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial.
2.
Mencegah timbulnya
gangguan kesehatan masyarakat
pekerja yang diakibatkan
oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3.
Memberikan perlindungan
bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4.
Menempatkan dan memelihara
pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan
fisik dan psikis pekerjanya.
Berikut ini adalah
langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO 2005 yakni 7 langkah yang di kembangkan menjadi 10 langkah:
- Basuh tangan
dengan air mengalir
- Ratakan
sabun dengan kedua telapak tangan
- Gosok
punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dan tangan kanan, begitu
pula sebaliknya.
- Gosok kedua
telapak dan sela – sela jari tangan
- Jari – jari
sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
- Gosok ibu
jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
- Gosokkan
dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
- Gosok
pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
- Bilas kedua
tangan dengan air.
- Keringkan
dengan lap tangan atau tissue
- Jangan lupa
menutup kran dengan tangan di alasi tissue atau lap tangan.Nah sekarang
tangan anda sudah bersih dan aman.
Catatan ; Bila tidak ada wastafel atau kran air, kita bisa menggunakan air
yang di tuangkan dengan gayung. Idealnya memang menggunakan sabun cair, tetapi
bisa digunakan sabun batangan.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka dapat dikatakan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja harus diterapkan di laboratorium bakteriologi.
Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan seseorang yang bekerja di laboratorium
bakterologi harus mengenakan alat pelindung diri yang lengkap untuk
meminimalkan terjadinya infeksi noksokomial. Seorang yang bekerja di
laboratorium bakteriologi harus bisa menangani limbah yang ada di laboratorium
bakteriologi dengan benar, sehingga tidak mencemari lingkungan ataupun
membahayakan kesehatan manusia. Dengan kata lain setiap orang harus dapat
menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
artikel yang sangat memberikan informasi
BalasHapuswww.sepatusafetyonline.com
baca juga
BalasHapuskesehatan dan keselamatan kerja (K3) dilaboratorium
http://adf.ly/1QaLRo
baca juga
BalasHapuskesehatan dan keselamatan kerja (K3) dilaboratorium
http://adf.ly/1QaLRo